http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/tail2.gif I'm Lukita Pringgo: Madura Akulah Darahmu

Translate

Selasa, 07 Juli 2015

Madura Akulah Darahmu

Judul diatas merupakan judul dari sebuah puisi karya D. Zawawi Imron dalam buku yang berjudul "Madura Akulah Darahmu". Kali ini saya akan membahas tentang Madura, lebih tepatnya tentang kota paling ujung timur Madura. Yaitu Kota Sumenep. Sumenep sendiri awalnya bernama "Songennep" yang artinya "lembah bekas endapan yang tenang. Namun, pada akhirnya diubah menjadi "Sumenep" oleh pihak Belanda yang saat itu menjajah, agar lebih mudah dalam pengucapannya. Disini saya akan membahas Sumenep dengan membagi menjadi 3 bagian, yaitu : Budaya, Makanan dan Ciri Khas. 

1. Budaya 

 a. Festival Tong-Tong


Festival Tong-Tong ini adalah festival musik tradisonal madura. Biasanya berupa gamelan, drum, suling dan alat musik tradisonal lainnya. Festival Tong-Tong sendiri sering ditampilkan ketika malam hari. Bentuknya dibuat seperti sebuah gerobak, namun lebih panjang dan luas untuk tempat alat musik dan pemain musiknya. Dengan diberi roda dibawahnya dan dijalankan dengan cara mendorongnya. Tong-Tong ini dihias dengan berbagai hiasan, seperti kuda terbang, singa dan diberi lampu-lampu kecil, sehingga ketika tong-tong berjalan di jalan raya akan terang-benderang karena banyaknya lampu yang ditenpel. Mereka memainkan alat musik serta menyanyikan berbagai lagu daerah madura. Suara musiknya pun bergemuruh dan meriah, festival ini bisa berlangsung hingga dini hari. Karena peserta Festival Tong-Tong tidak hanya berasal dari Sumenep saja. Melaikan juga berasal dari Bangkalan, Sampang dan Pamekasan. 

b. Tari Muang Sangkal

Tari Muang Sangkal berarti tari yang membuang malapetaka. Muang : Membuang, Sangkal : bencana atau malapetaka. Tari ini sejarahnya adalah tarian keraton untuk menyambut tamu yang datang ke keraton. Tarian ini juga biasa ditampilkan sebagai pembuka, dengan harapan dapat membuang malapetaka yang mungkin datang. Di akhir tari, para penari akan Membuang beras kuning yang ada di mangkok yang dibawa untuk menari. Itulah sebabnya dinamakan Muang Sangkal. 

c Karapan Sapi 

Kerapan Sapi merupakan lomba pacuan sapi yang diadakan setiap tahun. Pada lomba ini, sepasang sapi menarik kayu yang diatasnya ada seorang joki untuk kemudian berlari adu cepat melawan pasangan sapi yang lain. Sebelum perlombaan dimulai, para sapi ini dipasangi pakaian yang berwarna-warni. Baru setelah perlombaan, pakaian itu akan dilepas agar tidak mengganggu.

Maka dimulailah babak penyisihan, yaitu dengan menentukan klasemen peserta, peserta biasanya pada babak ini hanya terpacu sekedar untuk menentukan apakah sapinya akan dimasukkan “papan atas” atau “papan bawah”. Hal ini hanyalah merupakan taktik bertanding antarpelatih untuk mengatur strategi.

Selanjutnya dimulailah ronde penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam ronde-ronde ini pertandingan memakai sistem gugur. Sapi-sapi kerap yang sudah dinyatakan kalah tidak berhak lagi ikut pertandingan babak selanjutnya. asal-usul kerapan sapi 

2. Makanan 

a. Soto Madura 

Soto ini biasanya diberi daging babat dan bumbu kacang. Lalu ditaburi dengan daun bawang diatasnya dan dihidangkan bersama jeruk nipis. 

b. Sate Lalat Madura 

Sate ini diberi nama sate lalat bukan karena terbuat dari daging lalat, tapi karena dagingnya yang dipotong kecil-kecil. Sate ini sama dengan sate pada umumnya, hanya dagingnya saja yang dipotong kecil-kecil. Biasa disajikan dengan potongan lontong, bumbu kacang lalu ditaburi bawang goreng diatasnya. 

c. Campor 
Campor, makanan yang hampir mirip dengan soto. Tetapi bumbu, rasa dan warnanya berbeda. Bahannya berupa lontong, sohun, daging sapi yang diiris kecil, kroket singkong dan disirami kuah santan yang agak merah warnanya. Orang yang menjual campor ini tidak banyak seperti penjual soto. Mereka biasanya berjualan di desa-desa kecil.

3. Ciri Khas 

a. Baju Sakera
Warna hitam pada pakaian ini melambangkan tentang keberanian, sikap pantang mundur yang menjadi ciri khas orang madura. garis-garis merah dan putih melambangkan sikap tegas dan semangat juang yang tinggi. 

b. Celurit 

 Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.carok 

c. Carok 

Jika mendengar kata "carok" sudah pasti adalah suku madura. Tapi bukan berarti orang madura adalah orang yang suka menyelesaikan masalah dengan carok. Carok berawal dari setelah tertangkapnya Pak Sakerah oleh belanda. Pak Sakerah ini selalu membawa celurit kemanapun untuk mengawasi para pekerjanya di kebun tebu miliknya, hingga akhirnya ia digantung di Pasuruan oleh Belanda. Karena  hal itulah, rakyat bawah mulai berani melawan Belanda dengan menggunakan Celurit, itulah asal-usul Carok. 

d. Tentang Orang Madura

Mengecap orang Madura suka carok, kasar, sok jagoan, bersuara keras, suka cerai, tidak tahu sopan santun, dan kalau membunuh orang menggunakan celurit. Padahal sebenarnya tidak semua masyarakat Madura demikian. Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri. Mereka ini keturunan orang-orang yang zaman dahulu bertujuan melawan penjajah Belanda.Setelah sekian tahun penjajah Belanda meninggalkan pulau Madura, budaya carok dan menggunakan celurit untuk menghabisi lawannya masih tetap ada, baik itu di Bangkalan, Sampang, maupun Pamekasan. Mereka mengira budaya tersebut hasil ciptaan leluhurnya, tidak menyadari bila hasil rekayasa penjajah Belanda. carok


Tidak ada komentar:

Posting Komentar